Jumat, 02 Januari 2009

Bad Unforgettable Experience


Aku sekarang sudah duduk di bangku kelas 8 SMP, tentunya nggak lepas dari kenangan-kenangan di tahun-tahun lalu saat aku masih berada di bangku Sekolah Dasar. Di masa masih di SD, masa yang pualing indah adalah masa dimana aku menjadi salah satu penghuni kelas tertinggi di SD, yaitu kelas 6.
Banyak buanget pengalaman-pengalaman ‘unforgettable’ ku. Dari mulai acara-acara traktiran (ya....buat merayakan ‘birthday’ , aku dan teman-temanku biasa mengadakan acara ‘traktiran’ .....karena kendala biaya juga, yang kebagian traktiran cuma temen-temen deket aja. Jadi acara traktirannya juga terkesan ‘sembunyi-sembunyi’) , masih tentang ultah juga nie.... saat pembina ‘pramuka’ ku memberi ‘surprise’ pada adik-adik pramuka penggalang maupun siaga yang sedang berulang tahun (pasti sangat mengesankan, kakak pembinaku yang satu ini pasti sukses membuat kejutan untuk adik-adik pramuka, sayangnya....aku nggak dapat kebagian di kasih ‘surprise’. Tapi nggak apa lah...), saat acara study tour (sebagai kenangan manis sebelum perpisahan, ya....seperti sekolah-sekolah lain lakukan, dan sekolahku memilih untuk berwisata ke WBL “Wisata Bahari Lamongan”) . Disana juga tak lepas dari kenangan manis dan pahit. Kengan manisnya, ya....seperti biasa bisa seneng-seneng sama ‘my friends’ dan kenangan pahitnya yang nggak munkin aku lupain adalah....Tahu wahana di WBL yang namanya ‘Rumah Sakit Hantu’ kan??? Iya, di situlah kenangan pahitku terekam. Ceritanya berawal dari sini....
Untuk menikmati wahana-wahana di WBL nggak mungkin kalau ‘individual’ jadi, sebelum keberangkatan kami siswa-siwswi kelas 6 membentuk kelompok yang setiap kelompoknya berjumalh 6. karena aku cewek, ya...tentunya di kelompokku isinya cuma cewek-cewek doang. Kami semua adalah tipe anak-anak yang penasaran, maka dari itu, kami mencoba untuk masuk ke ‘Rumah Sakit Hantu’ untuk mengetahui sebenarnya ada apakah di dalamnya??? TAPii......kami harus antri untuk bisa masuk kesana.....Masya Allah, yang antri......buaanyaaak buuuaanggeeet.......puaannjaannnggg buuuaangeeet..... . ya..... mau nggak mau kami harus bersabar untuk menunggu giliran masuk ke ‘RSH’. Sekian banyak yang masuk ke sana nggak sedikit anak-anak cewek yang lari keluar dari pinyu masuk ‘RSH’ sambil teriak-teriak ketakutan. Dan itu membuat kami berpikir untuk yang ‘kedua’ kalinya...
Setelah kami mengadakan musyawarah kecil, akhirnya kami mebuat keputusan untuk meminta di temani oleh guru pembina. Tak lama setelah kami mengambil ‘kendak’ keputusan mendadak, 2 orang guru lewat.... “Bu Endang!!!!” seru salah satu temanku. (jangan heran kalau temanku yang satu ini, hanya memanggil nama Bu Endang saja.....karena alasan yang tidak lain dan tidak bukan karena keduanya memiliki nama yang “sama” yaitu ‘Endang’.) “Bu, sini!! Temani kami!” “Kenapa?? Nggak berani sendiri???” “iya ,Bu...” jawab kami serempak. Karena rasa tanggung jawab sebagai seorang pembina, kedua orang guru itu memenuhi permintaan kami. (“alhamdulillah” batinku.....). ayo berhitung, sekarang anggota kelompokku ada berapa?? Ya, benar ada 8. “Waduh!!! Jumlah yang yang nggak pas nie” kata temanku yang berdiri tepat didepanku. Iya, bagaimana tidak, untuk memasuki ‘RSH’ hanya diperbolehkan maximal 5 orang. Kalau dihitung-hitung, 8 – 5 = 3. ya.... nggak mungkin banget lah kalau 3 temanku ditelantarkan untu k masuk ke RSH sendirian. Kedua guruku yang bernama ‘Endang’ ini juga ikut-ikut bingung kami buat.
Akhirnya, ada segerombol anak-anak cowok yang masih teman sekolah lewat di depan RSH. Bu Endang memanggil mereka. Merekapun mendekat ke arah kami. Dan bu Endang menawari mereka untuk ‘join’ dengan kami (agar jumlahnya pas). Jumlah mereka 6, tapi yang 2 orang memilih untuk tidak masuk. Jadi, ada tambahan 4 cowok yang join di kelompokku. Susunannya menjadi, 6 orang cewek, 4 orang cowok, dan 2 orang guru pendamping. Akhirnya, kelompok di bagi menjadi 2, yang berisikan 3 orang cewek, 2 orang cowok, dan seorang guru pendamping.
Dan saat giliran kami masuk pun tiba, tapi.....ada sedikit kendala sebelum kami masuk. Petugas yang memeriksa karcis ini memberikan informasi tentang jumlah maximal orang yang masuk untuk setiap kali pemberangkatan adalah 5 orang. “Pak....pliiisss, boleh ya.... masa’ nggak boleh sih? Bapak kan baik hati dan tidak sombong....” rayu salah satu temanku. “ya pak ya???” mohon kami serentak. Akhirnya kami diperbolehkan untuk masuk, walau jumlah kami melanggar persyaratan.
“Astaghfirullah hal adzim.........” batinku. Tanpa sadara aku daritadi berdiri di dekat orang yang paling aku benci banget di kelas. Dan musibah lagi, di masuk dalam kelompokku. “Ya Allah, kenapa Engkau memberi hamba-Mu ini musibah seperti ini di saat Hamba ingin menghilangkan stress karena terlalu banyak pelajaran dan masalah yang membuat hamba harus melakukan refreshing” keluhku dalam hati. Tapi, aku tak putus asa begitu saja, aku meminta temanku yang berada di lain kelompok untuk tukeran. Tapi.....akhirnya.....aku tetap saja masuk ke RSH, dengan orang amat sangat aku benci. Tapi, aku menerimanya aku anggap itu sudah takdirku yang sudah diatur oleh Pengaturnya. Tapi aku komat-kamit sendiri “sabar.......sabar.........orang sabar disayang Tugong, (ehk......salah-salah kok jadi Tugong, ke ingat waktu temen-temenku bercanda waktu di sekolah)” ralat-ralat, “sabar...........sabar.........orang sabar disayang Tuhan”. Mungkin dia(orang yang amat sangat aku benci) menyadari, mengerti mengapa aku ‘komat-kamit’ seperti orang ‘gila’.
Dan aku pun terus menahana kekesalanku itu, saat mulai masuk pintu masuk RSH, saat di tengah kegelapan RSH, dan sampai pintu keluar RSH. Aku menahannya, dan terus berdo’a agar kejadian itu ‘nggak ke ulang lagi’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar